Rabu Malam, 26 Desember 2007
Sadar diri akan sekeping rasa
Keberadaanmupun belum ku mengerti
Gunung Tursina saksi terdahulu
Di zaman-zaman para Nabi
Ingatlah tongkat Musa jadi mukjizat
Jelas hanya Rasul yang merasakannya
Bersyukurlah engkau sebelum terlambat
Kembali ke jalan di mana engkau memulai kebaikan
Sikap burukku kepadamu
Terkadang malah bikin lupa diri
Senangkan diri untuk berbagi
Binal mencari kesenangan duniawi
Wahai Gunung Tursina
Saksi besar di zaman seorang Nabi
Tersirat hingga kini menjadi sang penanti
Mengingatkan suatu hati menanti
Wahai Bukit Tursina
Melintas di zaman Nabi-nabi
Perintis Wahyu pertama seorang Nabi
Pastikan secercah kebaikan hakiki
Kini engkau labil masih terjadi
Seperti aku sedang mencari sesuatu
Melintasi bukit-bukit terjal Tursina
Atau mencari kebahagiaan di tepian hati
Jalan terjal di bukit Tursina
Tiada beda ombak di pesisir pantai
Nampak sama bila terbit matahari
Menerangi bukit ataupun tepian muara pesisir
Menerangi hati bagi dunia yang sementara
Untuk kembali ke jalan engkau memulai kebaikan.
Kamis, 27 Desember 2007 (20.10 WIB)
Minggu, 27 Desember 2015
Rabu, 09 Desember 2015
Di Kejemuan Malam
Minggu, 04 Desember 2005
Terdengar lantunan lagu di radio
Bercerita tentang nyanyian di Malioboro
Diselingi berjuta kata-kata merdu
Diriku sejenak teringat akan kisahku
Lagu itu….
Lagu itu mewakili kisahku
Dendangkan ceriwis senyumku
Diiringi suara sang vokalis
Jadikan musik lebih berarti
Satu lagu melankolis
Datang menyapa malam
Biar, biarkan menemaniku
Di kejemuan diri melanda kesunyian
Benarkah aku sedang termenung?
Terasa kedua mata mengantuk
Namun hati enggan terlelap
Bahkan pikiran ku pun sulit tertidur
Hingga ku kembali terbangun
Menarikan pena hitam
Di atas selembar kertas bisu
Menulis apa yang tertulis
Menanti hal yang belum terjadi.
Friday Is Back, 09 Desember 2005.
Langganan:
Postingan (Atom)