Jembatan Cinta Pulau Tidung |
Masih menurut salah satu keturunan warga asli Tidung tersebut, dahulu Tidung adalah nama sebuah suku. Iya, suku Tidung, yang kini tenggelam nama suku tersebut dibayang-bayang telah menyatu dijadikan nama sebuah pulau, yaitu Pulau Tidung.
Perjalananku ke Tidung, kulalui bersama teman-temanku. Bahkan sebagian besar aku baru mengenalnya di perjalananku ini kali. Dari sinilah awal aku punya teman-teman ngetrip yang rutin hampir setiap tahun sekali plesiran bersama, dan kami menamakannya The Jail Escape. Sesuai namanya, kami ibaratkan kami akan melarikan diri dari kepenatan rutinitas kerja dan menghirup udara kebebasan. Paling tidak kami akan melarikan diri setahun sekali, dari Tidung inilah awal perjalanan kebersamaan kami.
Pulau ini terbagi dua, yaitu Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Penggunaan wilayah di pulau ini berkembang ke arah wisata bahari seperti menyelam serta penelitian terhadap terumbu karang.
Pulau Tidung yang terdiri dari Tidung Besar dan Tidung Kecil yang dihubungkan oleh jembatan panjang yang dinamakan Jembatan Cinta oleh penduduk setempat ini. Pulau Tidung terletak di Kepulauan Seribu Selatan bagian barat, dengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam perjalanan dari Muara Angke dengan kapal penumpang.
Di pulau ini dapat ditemui perkampungan penduduk dan beberapa warung yang menyediakan makanan dan minuman ringan, selanjutnya jalan setapak yang panjang ini akan melewati fasilitas umum, seperti kantor polisi, sekolah setingkat SMU untuk para pelajar dari pulau sekeliling, kumpulan warung dan menuju ke jembatan cinta yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dengan Pulau Tidung Kecil tanpa penduduk.
Di Pulau ini, sepeda ontel menjadi alat transportasi utama selain motor roda dua, becak motor, dan motor gerobak Tasco untuk membawa barang-barang. Jalan-jalan yang umumnya conblok di pemukiman Tidung tidak terlalu besar, hanya seukuran becak motor dengan satu sepeda saja. Jika papasan akan bergantian jalan, salah satunya menepi ke sisi jalan.
Yang membuat berkesan menggunakan alat transportasi sepeda onthel di Tidung adalah rem sepedanya yang aus, blong. Kta sebagai pengendara harus pinter-pinter memainkan ritmemngendarainya. Sisi positif yag diambil adalah, dengan rem sepeda yang tidak pakem, kita dituntut untuk bersantai menggunakan sepeda, karena ini tempat untuk liburan, selain menikmati pemandangan Tidung juga meresapi nikmatnya berkendara sepeda.
Namun bagi yang gemar foto, pulau Tidung sangat cocok untuk berfoto-foto ria, eksis, karena Tidung banyak memiliki titik-titik untuk mengambil gambar dan diabadikan sebagai dokumentasi perjalanan.
Di awal jembatan penghubung ini, akan ditemui jembatan yang cukup
tinggi untuk melalui suatu cekungan laut yang agak dalam, dimana banyak
anak kecil penduduk setempat memperagakan loncat indah dari jembatan
sebagai sarana bermain mereka, cukup menghibur para wisatawan dan amat
mengundang keinginan untuk bisa bergabung dengan mereka melakukan loncat
indah di pantai biru tanpa ombak.
Di penghujung jembatan penghubung, menapaki pantai Pulau Tidung Kecil
yang merupakan kawasan pengembangbiakan mangrove, masih tampil indah
ditelusuri dengan bersepeda, melalui jalan setapak yang dipenuhi dengan
ilalang dan pantai sepi yang pasirnya putih lembut, sangat indah
pemandangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar