Ilustrasi Menarik Ja'far al-Shadiq
Ja’far
al-Shadiq adalah salah seorang ulama besar yang sangat dikenal.
Kebesarannya berawal dari kemuliaan nasabnya. Lihatlah nasabnya berikut:
Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Jadi
Ja’far adalah salah seorang keturunan Rasulullah. Bukan hanya itu,
ternyata dia pun punya nasab mulia Abu Bakar ash-Shiddiq dari ibunya. Ja’far dikenal mempunyai jawaban-jawaban yang kuat untuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Ini kali, muridnya yang juga dikenal sebagai seorang ulama ternama; Sufyan ats-Tsauri. Sufyan bertanya: Mengapa wukuf harus di Arafah yang berada di luar tanah suci. Dan bukan di Muzdalifah yang ada di dalam tanah suci?
Urusan ibadah mahdhah seperti ini sering kali sulit dijawab. Dan paling mudah jawabannya adalah: seperti itulah perintahnnya. Tetapi tidak untuk, Ja’far. Mari kita dengarkan ilustrasi yang teramat menarik menjawab pertanyaan muridnya:
Ini kali, muridnya yang juga dikenal sebagai seorang ulama ternama; Sufyan ats-Tsauri. Sufyan bertanya: Mengapa wukuf harus di Arafah yang berada di luar tanah suci. Dan bukan di Muzdalifah yang ada di dalam tanah suci?
Urusan ibadah mahdhah seperti ini sering kali sulit dijawab. Dan paling mudah jawabannya adalah: seperti itulah perintahnnya. Tetapi tidak untuk, Ja’far. Mari kita dengarkan ilustrasi yang teramat menarik menjawab pertanyaan muridnya:
“Ka’bah adalah rumah Allah. Tanah haram
(suci) adalah pengawalnya. Adapun Arafah tempat wukuf adalah pintunya.
Ketika para jamaah haji mau mengunjungi rumah Allah, mereka dihentikan
di pintu. Di sana mereka memohon dengan merendahkan diri. Ketika mereka
diizinkan masuk, mereka pun mendekat ke pintu kedua yaitu Muzdalifah.
Ketika Dia melihat mereka banyak berdzikir dan bermunajat, Dia
memberikan rahmat-Nya.
Saat itulah Dia memerintahkan mereka
agar memberikan persembahan berupa menyembelih binatang. Setelah itu
mereka pun membersihkan badan dari kotoran (tahallul) dan menyucikan
jiwa dari dosa yang merupakan penghalang antara mereka dengan Allah.
Akhirnya mereka pun diizinkan masuk ke rumah-Nya setelah bersih dari
kotoran dan dosa.”
Sufyan ats-Tsauri bertanya lagi: Mengapa puasa hari tasyriq (11-13 Dzulhijjah) dilarang?
Ja’far menjawab: “Karena mereka sedang dijamu Allah. Bagi yang dijamu tidak layak untuk puasa di hadapan Yang Menjamu.”
Begitulah hikmah. Tergali pada diri seseorang di kedalaman ilmunya dan jernihnya mata air ilmu bagi dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar