Gunung Anak Krakatau
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya
Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau
dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap
bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per
bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih
lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm
per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi
anak Rakata mencapai 7.500 inci atau 500 kaki lebih tinggi dari 25
tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material
yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak
Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara
Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan
laut.
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan
Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik
serta tektonik di Jawa dan Sumatera yang aneh akan memastikan bahwa apa
yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang
tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli geologi
memprediksi letusan ini akan terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh
dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak
bisa diabaikan.
Menurut Profesor Ueda Nakayama salah seorang ahli gunung api berkebangsaan Jepang,
Anak Krakatau masih relatif aman meski aktif dan sering ada letusan
kecil, hanya ada saat-saat tertentu para turis dilarang mendekati
kawasan ini karena bahaya lava pijar yang dimuntahkan gunung api ini.
Para pakar lain menyatakan tidak ada teori yang masuk akal tentang Anak
Krakatau yang akan kembali meletus. Kalaupun ada minimal 3 abad lagi
atau sesudah 2325 M. Namun yang jelas, angka korban yang ditimbulkan
lebih dahsyat dari letusan sebelumnya. Anak Krakatau saat ini secara
umum oleh masyarakat lebih dikenal dengan sebutan "Gunung Krakatau"
juga, meskipun sesungguhnya adalah gunung baru yang tumbuh pasca letusan
sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar