Tanaman Temulawak |
Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede, sedangkan di Madura disebut temu labak.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai
ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan
tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada
tanah yang gembur.
Ciri Morfologi
Terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1 m tetapi kurang
dari 2 m. Batang semu merupakan bagian dari pelepah daun yang tegak dan
saling bertumpang tindih, warnanya hijau atau coklat gelap. Rimpang
terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar,
bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau
berwarna hijau gelap. Tiap tunas dari rimpang membentuk daun 2 – 9 helai
dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau
atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 cm – 84 cm dan
lebar 10 cm – 18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 cm – 80
cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun agak
panjang. Bunganya berwarna kuning tua, berbentuk unik dan bergerombol
yakni perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis,
panjang tangkai 9cm – 23cm dan lebar 4cm – 6cm, berdaun pelindung banyak
yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak
bunga berwarna putih berbulu, panjang 8mm – 13mm, mahkota bunga
berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga
berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna
merah dadu atau merah, panjang 1.25cm – 2cm dan lebar 1cm, sedangkan
daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam
yang menyengat dan rasanya pahit.
Pemanfaatan
Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temu
lawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat
tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya
dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari
rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu
makan, anti kolesterol, antiinflamasi, anemia, antioksidan, pencegah
kanker, dan antimikroba.
Kandungan
utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri
yang terdiri atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin. Kurkumin
bermanfaat sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik
(anti keracunan empedu).
Kandungan dan Manfaat
Rimpang Temulawak, yang biasa dijual di pasar. |
Temu
lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah
penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, anti inflamasi (anti
radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan
menghilangkan nyeri sendi. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu
makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah.
Selain
dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga dimanfaatkan
sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah
menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan
pencernaan. Di sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun
yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak
atsiri yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol yang
mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti.
Sentra penanaman
Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil dengan
menggunakan teknologi budidaya yang sederhana, karena itu sulit
menentukan letak sentra penanaman temulawak di Indonesia. Hampir di
setiap daerah pedesaan, terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat
ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.
Aspek Budidaya
Bibit diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif yaitu anakan yang
tumbuh dari rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih, kemudian bibit
tersebut ditunaskan terlebih dahulu di tempat yang lembap dan gelap
selama 2-3 minggu sebelum ditanam. Cara lain untuk mendapatkan bibit
adalah dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki
tunas (setiap potongan terdiri dari 2-3 mata tunas), kemudian
dikeringkan dengan cara dijemur selama 4-6 hari. Temulawak sebaiknya
ditanam pada awal musim hujan agar rimpang yang dihasilkan besar,
sebaiknya tanaman juga diberi naungan.
Lahan penanaman diolah dengan cangkul sedalam 25-30 sentimeter,
kemudian dibuat bedengan berukuran 3-4 meter dengan panjang sesuai
dengan ukuran lahan, untuk mempermudah drainase agar rimpang tidak
tergenang dan membusuk. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 20 sentimeter x
20 sentimeter x 20 sentimeter dengan jarak tanam 100 sentimeter x 75
sentimeter, pada setiap lubang tanam dimasukkan 2-3 kilogram pupuk
kandang. Penanaman bibit dapat pula dilakukan pada alur tanam/ rorak
sepanjang bedengan, kemudian pupuk kandang ditaburkan di sepanjang alur
tanam, kemudian masukkan rimpang bibit sedalam 7.5-10 sentimeter dengan
mata tunas menghadap ke atas.
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma sebanyak 2-5
kali, tergantung dari pertumbuhan gulma, sedangkan pembumbunan tanah
dilakukan bila terdapat banyak rimpang yang tumbuh menyembul dari tanah.
Waktu panen yang paling baik untuk temu lawak yaitu pada umur 11-12
bulan karena hasilnya lebih banyak dan kualitas lebih baik daripada temu
lawak yang dipanen pada umur 7-8 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara
menggali atau membongkar tanah disekitar rimpang dengan menggunakan
garpu atau cangkul.
Pertumbuhan
Iklim
- Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
- Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC
- Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
Media tanam
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis
tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah
berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang
optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan
demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur
hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah
yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak
mudah tergenang air.
Ketinggian
Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan
ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di
dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240
m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang
yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok
dikembangkan di dataran sedang.
Hama dan penyakit
Hama
Hama temulawak adalah:
- Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp),
- Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn) dan
- Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart)
Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
Penyakit
- Jamur Fusarium disebabkan oleh fungus oxysporum Schlecht dan Phytium sp serta bakteri Pseudomonas sp yang berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen. Gejala Fusarium dapat menyebabkan busuk akar rimpang dengan gejala daum menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk. Cara pengendalian dengan melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat dipakaikan adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
- Penyakit layu disebabkan oleh Pseudomonas sp, gejala berupa kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah. Cara pengendaliannya dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.
Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara
lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar
lainnya.
Pengendalian hama/penyakit secara organik
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya
dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari
serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT
(Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
- Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
- Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar