Umar bin Abdul Aziz adalah Khalifah yang adil. Sosok reformis yang berhasil merekonstruksi peradaban Islam sesuai dengan konsep nubuwah. Seorang ulama’ dengan keilmuan yang mendalam dan matang. Figur ahli ilmu yang sangat menjaga etika berilmu. Pemimpin hebat yang mampu merubah wajah peradaban Islam dalam kurun yang cukup singkat; hanya 29 bulan saja. Begitulah tinta emas sejarah menulis prestasi dan kebesarannya.
Jika selama ini kita mengenal bahwa jumlah Khulafaur Rasyidin itu ada
empat; Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib, maka Sufyan ats-Tsauri menyatakan bahwa Khulafaur Rasyidin itu
ada lima, dengan menambahkan nama Umar bin Abdul Aziz disana.
Dalam tulisan bersambung ini kita akan memotret lebih spesifik dari
sosok mulia Umar bin Abdul Aziz, yaitu sisi pendidikan keluarganya.
Kalau kita sering membaca biografi dan kiprah beliau di ranah politik,
maka kini saatnya kita membaca lebih dekat tentang kiprah beliau sebagai
seorang ayah.
Kita akan belajar cara orang besar melahirkan anak-anak hebat,
seperti Umar mendidik anak-anaknya. Meskipun ketujuh belas anak Umar
(empat belas laki-laki dan tiga perempuan) tidak berkiprah di ranah
politik seperti sang ayah, namun mereka semua terpandang hebat di
masyarakatnya. Tentu Umar memiliki ramuan yang istimewa dalam hal ini.
Dan pasti sangat menarik untuk dikaji.
Karena kebesaran dan kehebatan bukanlah sesuatu yang bisa diwariskan.
Betapa tidak sedikit orang-orang besar yang melahirkan generasi kerdil.
Oleh sebab itulah Allah SWT mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam
mendidik generasi.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah.” (QS. an-Nisa’: 9)
Kerajaan, kekuasaan, perusahaan bisa saja diwariskan, namun belum
tentu generasi yang mewarisinya mampu tampil dengan hebat dan tangguh
seperti generasi sebelumnya. Masalahnya satu, kebesaran dan kehebatan
itu adalah mentalitas, yang itu hanya bisa dimiliki oleh para generasi
penerus jika ditanam dengan baik dalam diri mereka.
Tentu kita tahu bahwa singa memiliki cara istimewa dalam mewariskan
kebesaran kepada keturunannya, yang itu sama sekali tidak pernah
ditanamkan oleh himar (keledai) kepada anak-anaknya. Walhasil,
mentalitas merekapun berbeda.
Menanamkan mentalitas yang kokoh. Beginilah ayah hebat mencetak generasi unggulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar