Welcome To Join Us

Selamat datang di blog kami, Pelangi Indonesia.
Blog kami bukan hanya memberikan informasi tentang keindahan panorama alam saja, namun juga dilengkapi serba-serbi informasi layaknya warna pelangi.

Sabtu, 28 Januari 2012

Harta Karun Indonesia (i)

Benarkah harta karun VOC itu ada?

     Harta karun VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) itu sebenarnya ada atau hanya sebuah cerita saja? Hingga kini harta karun VOC masih menjadi misteri. Misteri harta karun VOC ini dikisahkan bukan hanya berdasarkan isapan jempol belaka. Bukan hanya cerita fiksi yang bisa dibuat-buat. Misteri harta karun VOC ini didukung berdasarkan arsip-arsip Nasional RI dan juga data sejarah Nusantara yang dipaparkan untuk mengorek benarkah VOC (yang kala itu sebagai pemerintahan yang memimpin Nusantara sebagai Hindia-Belanda) masih menyimpan sebagian besar hartanya di Bumi Nusantara?
     Para pemburu harta karun (baik dalam maupun luar negeri) masih berlomba untuk menemukan peninggalan harta karun VOC ini. Perburuan harta karun peninggalan dari era VOC yang dilakukan oleh berbagai pihak, khususnya dari Indonesia dan Belanda ini masih terjadi hingga sekarang. Mungkin tidak akan berhenti mencari sampai harta karun tersebut ditemukan.
      Mengapa demikian? Karena beritanya berdasarkan arsip sejarah, jumlah harta karun VOC tersebut dapat menutupi hutang negara sekarang, bahkan bisa lebih dari yang diperkirakan. Penasaran dengan harta karun Indonesia yang satu ini, akan kubuat sederhana menceritakannya.


     Latar belakang dari sejarah Nusantara yang memiliki beragam misteri dan teka-teki, satu per satu misteri, teka-teki, puzzle sejarah Nusantara (apapun namanya), sepenggal data dari sejarah satu per satu diuntai menjadi benang merah yang mengarah kepada pemerintahan era Hindia Belanda, VOC. Peristiwa-peristiwa dan organisasi rumit serta penuh liku yang ada, akan merangkai sebuah pertanyaan yang belum terjawab, yaitu misteri harta karun VOC.
     Peristiwa yang pertama: Konferensi Meja Bundar (1949), Bung Hatta akhirnya menyetujui klausul terakhir yang diajukan Belanda. Bahwa Indonesia bersedia menanggung beban hutang Hindia-Belanda sebagai syarat pengakuan kedaulatan (artinya, bahwa Indonesia merdeka dengan syarat). Sebelumnya mereka mati-matian menolak klausul itu, namun akhirnya sebuah dokumen rahasia meyakinkan mereka untuk menerimanya. Dokumen tentang harta VOC di Indonesia.
      Dari hal di atas, para tokoh negeri ini dahulu telah memperjuangkan sebaik-baiknya kemerdekaan yang harus kita miliki di tanah air kita sendiri. Sungguh ironis, syarat kemerdekaan bangsa Indonesia itu adalah hutang Hindia-Belanda yang harus kita tanggung, hingga sekarang. Mereka  (penjajah) memanfaatkan keadaan ini dengan maksimal. Mereka ambil keuntungan dari kekayaan alam Indonesia dan kita yang membayarnya.
     Peristiwa selanjutnya: Hasil Konferensi Meja Bundar 1949 di Den Haag memang mengundang kontroversi. Kesediaan delegasi Indonesia untuk menanggung hutang Hindia-Belanda senesar 6,1 miliar gulden (dalam hal ini mungkin pengeluaran-pengeluaran biaya yang harus di tanggung Indonesia), sebagai syarat diakuinya kedaulatan Indonesia oleh Belanda adalah harga yang sangat mahal, baik dilihat secara ekonomi maupun dilihat dari martabat bangsa. 
      Sebuah kabar menyatakan bahwa Bung Hatta menerima klausul tersebut karena informasi tentang adanya dana atau harta tersembunyi peninggalan VOC yang nilainya masih jauh lebih tinggi dari jumlah hutang yang dituntutkan Belanda. Sehingga penerimaan klausul itu tidak akan merugikan Indonesia secara ekonomi, dan yang pasti akhirnya kemerdekaan Indonesia diakui.
      Namun sayangnya dokumen-dokumen dari KMB tersebut sebagian hilang dalam pengiriman dari Den Haag menuju ke Jakarta. dan dari dokumen yang hilang tersebut diduga terdapat dokumen yang menjelaskan keberadaan harta tersebut. Dokumen yang sering disebut sebagai dokumen "Sabda Revolusi".

     Berdasarkan dokumen-dokumen KMB yang hilang. Kemudian munculah pertanyaan, dimanakah keberadaan harta karun VOC tersebut?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar