Welcome To Join Us

Selamat datang di blog kami, Pelangi Indonesia.
Blog kami bukan hanya memberikan informasi tentang keindahan panorama alam saja, namun juga dilengkapi serba-serbi informasi layaknya warna pelangi.

Sabtu, 28 April 2012

Kisah Menarik Tentang Nama Ki Hajar Dewantara


     Ada kisah menarik tentang nama Ki Hadjar Dewantara. Sebenarnya waktu kecil dia diberi nama R.M. Suwardi yang lahir dari pasangan K.P.A. Suryaningrat dan. R.A. Sandiah. Pangeran Suryaningrat yang masih keturunan Sultan Hamengku Buwono II ini, memang mendambakan anak laki-laki. Tapi dia agak kecewa saat melihat kondisi fisik bayi Suwardi. Beratnya kurang dari 3 kg, perutnya buncit dan suara tangisnya terlalu lembut untuk bayi lelaki.
     Melihat ini, Pangeran yang humoris ini lantas memberi paraban (nama olok-olok), Jemblung (buncit). Nama ini ditambahi oleh sahabat Pangeran Suryaningrat, Kyai Soleman, pengasuh pondok pesantren di Prambanan, dengan nama Trunogati. Tapi berlainan dengan ayahnya, Kyai Soleman lebih dalam melihat aura bayi ini. Menurutnya, Suwardi yang lembut justru nanti akan didengar orang di seluruh negeri. Sementara perut buncitnya memberi firasat kelak ia akan menyerap dan mencerna ilmu yang banyak. Bahkan setelah dewasa ia akan menjadi orang penting (Truno = pemuda; wigati = penting). Tapi oleh kalangan terdekatnya Suwardi kecil lebih populer dengan Jemblung Joyo Trunogati alias Denmas Jemblung.



     Dan terbukti, Suwardi tumbuh menjadi pemuda dengan watak dan kepribadian yang dikenal orang di kemudian hari. Sahabat setianya, E.F. Eugene Dowes Dekker melukiskan pribadinya sebagai berikut, “… di dalam tubuhnya yang lemah itu bersemayamlah daya kemauan keras yang selalu dimenangkannya setiap kali ia memperjuangkan sesuatu….”
     Yang unik justru bagaimana dia mengganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Sebelum Taman Siswa berdiri, Suwardi membentuk semacam kelompok diskusi yang beranggotakan tokoh-tokoh politik, budayawan, dan filsuf. Forum diskusi “Selasa Kliwonan” (karena diadakan setiap hari/malam Selasa Kliwon) ini dipimpin Ki Ageng Suryomentaram, adik Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Rupanya kemampuan Suwardi dalam hal ilmu keguruan dan pendidikan amat menonjol. Suatu hari R.M. Sutatmo Suryakusumo (anggota Volksraad/Boedi Oetomo) yang memimpin diskusi dengan spontan mengubah kebiasaannya memanggil Suwardi dengan sebutan Ki Ajar.
     Cara ini kemudian diikuti oleh teman-teman lainnya. Ketika itu Suwardi menerima julukan tersebut sebagai kelakar semata. Tapi enam tahun kemudian, 23 Februari 1928, Suwardi secara resmi berganti nama Ki Hajar Dewantara. Bernard H.M. Viekke, penulis buku Geschiedenis van de Indischen Archiepel (1947), memberi interpretasi nama itu: “seorang guru yang berhasil menanamkan paham sinkretisme kepercayaan-kepercayaan di Jawa zaman dulu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar